Selasa, 26 Februari 2019

Gaya hidup Mahasiswa Asing Di Korea Selatan


3 years ago By Margareth Theresia
Featured Image
Tak hanya jurusan Sastra Korea saja yang kebanjiran peminat, belakangan ini universitas-universitas di Korea juga kebanjiran peminat dari Indonesia. Beasiswa Korean Government Scholarship Program (KGSP) yang tadinya tidak begitu sulit untuk didapatkan, beberapa tahun belakangan ini semakin kebanjiran peminat sehingga peluang untuk mendapatkannya semakin sulit.
Kampus-kampus di Korea yang melihat peluang ini akhirnya membuka program English Track agar dapat menggaet lebih banyak lagi mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, agar dapat kuliah di kampus-kampus tersebut. Kampus-kampus di Korea juga menawarkan beasiswa dari kampusnya masing-masing yang mencakup beasiswa Tuition Fee, namun sebagian besar beasiswa tersebut tidak mencakup biaya hidup, sehingga mahasiswa harus mencari lagi pendapatan tambahan dengan bekerja sambilan.
Advertisement
Kuliah di Korea memang tidak seindah drama atau film yang biasa kita tonton di layar kaca, hidup di Korea adalah perjuangan. Artikel ini tentunya tidak bermaksud untuk menakut-nakutimu dalam meraih mimpimu kuliah di Korea, lho. Hanya saja, kamu harus tahu bagaimana faktanya yang terjadi di sana, sehingga kamu pun bisa menyiapkan segala persiapan sedini mungkin, dari mental hingga fisik.

1. Kuliah satu kampus atau bahkan sejurusan dengan artis Korea favorit tidak berarti kamu akan sering bertemu dengan mereka.

Iklan Kyung Hee University Global Collaborative Summer Program
Iklan Kyung Hee University Global Collaborative Summer Program via www.facebook.com
Belakangan ini, mahasiswa-mahasiswa asing yang kuliah di Korea, termasuk mahasiswa asing dari Indonesia, datang ke Korea tak hanya untuk belajar saja, tetapi juga punya misi terselubung yaitu untuk bertemu artis favorit mereka. Tak hanya itu, mereka pun sengaka memilih kampus tempat artis favorit mereka kuliah.
Padahal, artis-artis tersebut jarang sekali masuk kuliah sehingga kesempatan untuk bertemu dengan mereka pun cukup sulit. Ada pula mahasiswa yang masuk dengan jurusan yang sama dengan sang artis favorit dan berakhir dengan stres karena pada dasarnya tidak sesuai dengan kemampuannya.
Advertisement
Yup, begitulah kenyataannya. Kalau kamu benar-benar punya impian untuk menimba ilmu di Korea, dasari dengan niat yang benar juga. Bolehlah punya keinginan dan harapan untuk bertemu artis favorit saat di kampus nanti, tapi jangan sampai memaksakan diri juga ya!

2. Dosen-dosen di Korea masih banyak yang belum siap dengan keberadaan mahasiswa asing, sehingga sikap mereka cenderung terlihat seperti rasis.

Suasana Kuliah di Luar Kelas Pada Musim Semi (dok. Pribadi)
Suasana Kuliah di Luar Kelas Pada Musim Semi (dok. Pribadi) via Hipwee.com
Datangnya mahasiswa-mahasiswa asing ke Korea baru terjadi beberapa tahun belakangan ini, hal ini disebabkan oleh Hallyu (Korean Wave). Dampaknya adalah banyak di antara dosen-dosen Korea yang sebenarnya belum siap untuk menghadapi mahasiswanya yang berbeda budaya dan bahasanya, sehingga banyak pula di antara dosen-dosen tersebut yang lebih menyukai mahasiswa dari Korea dibanding dari luar Korea.

3. Perangai orang-orang Korea tidak seramah dan seromantis di drama-drama televisi, lho!

Di Seoul mayoritas orangnya sudah individualistis
Orang Korea tak seramah yang kamu bayangkan (dok. pribadi) via Hipwee.com
Di drama-drama Korea, orang Korea digambarkan sebagai pribadi yang ramah, menarik, menyenangkan dan romantis. Namun, sayangnya semua itu hanya dapat kamu temukan di layar kaca saja.
Sebagian besar orang Korea (terutama di Seoul) sangat individualis dan tidak peduli dengan orang lain yang tidak mereka kenal. Apalagi terhadap orang asing yang tidak bisa berbahasa Korea. Banyak di antara mereka yang menghindari untuk berbicara orang asing karena tidak bisa berbahasa Inggris.

4. Mayoritas orang Korea tidak memeluk agama, sehingga apabila kita memakai atribut gama, maka kamu akan dipandang dengan tatapan aneh.

Mahasiswa Indonesia di Kyung Hee University (dok. Pribadi)
Mahasiswa Indonesia di Kyung Hee University (dok. Pribadi) via Hipwee.com
Memakai jilbab di Indonesia adalah suatu hal yang biasa, akan tetapi memakai jilbab di Korea adalah suatu hal yang tidak biasa. Hampir 50% warga Korea tidak memeluk agama apapun, sehingga sebagian besar dari mereka tidak memahami apa itu agama beserta atributnya. Terlebih lagi, populasi umat muslim di Korea yang amat sedikit membuat orang Korea seringkali mengernyitkan dahi pada saat melihat umat muslim yang mengenakan jilbab.
Jadi jangan kaget saat kamu melakukan kegiatan dan menggunakan atribut keagamaan kamu akan sedikit mendapat pandangan aneh. Tidak ada larangan, hanya sajakamu tak perlu merasa tersinggung dengan sikap mereka yang merasa aneh dengan atribut keagamaanmu.

5. Mencari makanan halal tidak semudah pergi ke warteg depan rumah. Kamu harus ekstra teliti membaca kandungan makanan di setiap kemasan.

Halal Korean Food Press Conference.
Halal Korean Food Press Conference.
Harga makanan biasa yang cukup tinggi saja sudah cukup membuat pusing tujuh keliling, ditambah lagi dengan sulitnya mencari makanan halal di negara non-muslim seperti Korea. Sebagian besar makanan di Korea mengandung daging atau minyak babi, karena itulah bagi para umat muslim mencari makanan harus sangat selektif.
Setiap kali hendak membeli makanan, harus mau dan jangan malas untuk membaca dengan detail setiap kemasan bahan makanan yang ada. Walaupun sekarang ada Korean Halal Industry Association, makanan halal tetaplah makanan yang mahal di Korea karena jumlahnya yang sangat jarang.
ADVERTISEMENT

6. Mencari pekerjaan sambilan pun tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena ada banyak persyaratan yang harus kamu penuhi terlebih dulu.

Kerja sambilan untuk bisa menyambung hidup.
Kerja sambilan untuk bisa menyambung hidup. via english.visitkorea.or.kr
Dengan estimasi biaya hidup sekitar 900.000 won (sekitar 10.800.000 rupiah) untuk standar hidup di Seoul, maka kamu harus bekerja sambilan untuk bisa menghidupi diri kamu apabila kamu tidak mendapatkan beasiswa untuk biaya hidup kamu di Korea. Namun kamu juga nggak bisa sembarang asal bekerja, lho. Ada beberapa ketentuan yang harus kamu patuhi supaa kamu bisa mengantungi izin bekerja sambilan di Korea.
Ketentuan bekerja sambilan dari pihak imigrasi Korea adalah kamu harus sudah tinggal di Korea selama minimal 6 bulan, memegang visa D-2 atau D-4, dan memiliki izin untuk bekerja sambilan dari universitas kamu. Sebagai mahasiswa, kamu bisa bekerja maksimal 20 jam seminggu dengan honor 5.000-6.000 won per jam.
Pekerjaan sambilan yang bisa kamu ambil bervariasi, mulai dari SPG di toko kosmetik, penerjemah, dan sebagainya. Tentu saja, biasanya perusahaan-perusahaan tersebut mensyaratkan kamu bisa berbahasa Korea untuk bekerja.

7. Bahasa Korea memiliki beberapa tingkatan, jika kita salah mengaplikasikannya dalam percakapan, bisa-bisa kamu dianggap tidak sopan.

Annyeonghaseyo!!
Annyeonghaseyo!! via fanfictionkpopina.wordpress.com
Bahasa Korea memiliki beberapa level seperti formal, kasual, dan santai. Berbeda dengan tingkatan bahasa formal dan gaul di dalam bahasa Indonesia, apabila kamu salah menggunakan tingkatan bahasa, bisa-bisa kamu akan dianggap tidak sopan.
Contohnya saja, kata salam seperti “annyeong” itu hanya bisa diucapkan pada teman dekat atau adik kelas saja, sedangkan untuk menyapa dosen, kamu wajib menggunakan ucapan yang formal dan sopan, yaitu “annyeonghasimnikka“.

Namun, di balik semua kesulitan itu, banyak hal yang bisa kamu pelajari selama hidup kuliah di Korea.

Bersama Sahabat Seperjuangan di Kampus (dok. Pribadi)
Bersama Sahabat Seperjuangan di Kampus (dok. Pribadi) via Hipwee.com
Penuh perjuangan memang hidup di negeri orang. Nggak semua hal-hal menyenangkan yang pernah kita harapkan sebelumnya terjadi. Tapi di balik itu semua pasti ada hal yang lebih berharga yang akan kamu dapatkan. Kamu bisa lebih menghargai Indonesia, misalnya. Hidup di negara maju yang sangat disiplin memang sangat nyaman. Transportasi yang tepat waktu dan tingkat kriminalitas yang rendah membuat kamu sangat ingin tinggal terus di Korea.
Akan tetapi, di negara yang maju seperti Korea Selatan, kamu akan sulit menemukan keramahan dan kehangatan orang Indonesia. Sahabat-sahabatmu dari Indonesia yang kamu temukan disini akan menjadi sahabat baikmu, bahkan hingga nanti setelah lulus. Kamu akan merasakan menemukan sahabat dari Indonesia dan sahabat orang asing lainnya yang bisa memahami kesepian kamu hidup di negara yang asing.

Setelah menghadapi realita yang sesungguhnya di Negeri Gingseng ini, kamu jadi lebh realistis dan dewasa dalam menghadapi sesuatu.

Kamu jadi lebih dewasa dan realistis. (dok. pribadi)
Kamu jadi lebih dewasa dan realistis. (dok. pribadi) via Hipwee.com
Karena hidup jauh dariorang tua, kamu juga akan bisa menjadi lebih dewasa dalam menghadapi sesuatu. Selain itu, kamu akan berpikir panjang dalam setiap pilihan yang kamu buat. Kamu yang mungkin datang ke Korea karena suka K-pop atau K-drama, akan semakin berpikir realistis setelah kamu menjalani hidup perkuliahan di Korea. Hidup tak hanya sebatas K-pop atau K-drama saja. Kamu belajar pula bagaimana mengatur pemasukan dan pengeluaran.

Untuk persoalan keyakinan, kamu akan sadar dan bersyukur bahwa di Indonesia kamu bisa lebih bebas dalam mengekspresikan kecintaanmu pada Tuhan Yang Maha Esa.

Bersama Komuntas Katolik Indonesia di Korea Setelah Misa Paskah 2015 (dok. Pribadi)
Bersama Komuntas Katolik Indonesia di Korea Setelah Misa Paskah 2015 (dok. Pribadi) via Hipwee.com
Yang terakhir, kamu akan belajar untuk semakin dekat dengan Tuhan selama hidup di Korea. Hidup beragama yang tidak senyaman di Indonesia membuat kamu semakin mensyukuri kehidupan beragama kamu selama di Indonesia. Kamu akan berusaha semakin dekat dengan-Nya walaupun dengan kesulitan beribadah selama di Korea. Kamu akan kembali ke Indonesia dengan menjadi pribadi yang baru setelah ditempa di Korea.
Kredit gambar andalan: www.uai.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar